BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sesuai
dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang
diikuti oleh PP No. 19 Tahun 2005, serta UU Guru dan Dosen, bahwa guru sebagai
sebuah profesi harus memenuhi beberapa kompetensi. Salah satu elemen kompetensi
yang harus melekat pada profesi guru tercakup dalam rumpun kompetensi sosial
yaitu kemampuan pendidik/guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Dengan demikian, agar guru sebagai pendidik memiliki kemampuan yang diamanatkan
dalam UU dan PP tersebut, maka diperlukan sebuah kegiatan bagi guru yang sedang
mengikuti pendidikan S1 untuk melatih keterampilan mereka dalam berkehidupan
sosial serta memberikan kontribusi dalam masyarakat di lingkungannya.
Walaupun
sudah menjadi guru yang tentunya sudah mempunyai prior knowledge tentang
ke-SD-an, namun agar kompetensi sosial sebagai seorang pendidik berkembang,
maka diperlukan pengasahan lebih lanjut terutama dalam hal mempraktekkan
konsep-konsep metodik pedagogik yang dipelajari dalam masyarakat. Salah satu
bentuk kegiatan yang sesuai untuk mengembangkan kompetensi tersebut adalah
program pemberantasan buta huruf.
Program
pemberantasan buta huruf merupakan tindak lanjut dari amanat UUD 1945, dimana
pemerintah telah menempuh banyak cara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, baik
melalui jalan formal maupun non formal. Tetapi hasil yang dicapai belum
memadai, terbukti dengan masih banyaknya tingkat warga negara yang menyandang
predikat buta aksara dan buta aksara lanjutan. Hal tersebut disebabkan oleh
kurangnya warga negara mendapat kesempatan belajar akibat tingginya tingkat
kemiskinan sehingga warga tidak dapat memfasilitasi dirinya untuk belajar.
Masyarakat
yang buta aksara jarang sekali mengakui secara terbuka bahwa dirinya buta
huruf. Bahkan mereka enggan untuk mau belajar membaca, menulis, berhitung serta
berkomunikasi. Walaupun ada kemauan tetapi terhambat oleh kemiskinan. Masyarakat
yang seperti itu tidak akan mampu meningkatkan mutu dan taraf hidupnya. Untuk
memotivasi warga yang buta aksara dalam pembelajarannya maka diperlukan
pendekatan yang sesuai dengan karakter dan kultur yang ada agar tingkat buta
aksara dapat diperkecil.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
· Bagaimana
tahapan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan?
· Bahan ajar,
media, dan sumber apakah yang digunakan dalam pembelajaran keaksaraan fungsional
?
· Apa hambatan dan
bagaimana mengatasi hambatan yang dihadapi Warga Belajar?
· Bagaimana
kemajuan dan hasil belajar yang dicapai Warga Belajar selama proses kegiatan
berlangsung?
1.3.
Tujuan
Tujuan
yang ingin dicapai dari laporan kegatan pembelajaran keaksaraan fungsional
(tingkat keaksaraan dasar) ini adalah :
· Untuk mengetahui
tahapan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
· Untuk mengetahui
bahan belajar, media dan sumber yang digunakan
· Untuk mengetahui
hambatan dan strategi yang digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi
Warga Belajar.
· Untuk mengetahui
kemajuan dan hasil yang dicapai oleh Warga Belajar selama proses kegiatan
berlangsung.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Kegiatan
Pembelajaran yang Dilaksanakan
Dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran keaksaraan fungsional (tingkat keaksaraan
dasar) dilaksanakan meliputi beberapa tahapan. Ini dilakukan agar kegiatan
pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Tahapan-tahapan
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a.
Menentukan
calon Warga Belajar (WB) yang akan dibimbing dengan pengisian angket (terdapat
dalam lampiran).
Kegiatan
ini dilaksanakan dengan cara mendatangi rumah-rumah warga masyarakat yang
tercatat dalam data warga masyarakat yang buta aksara yang diberikan oleh
Kelian Banjar Dinas Seloni. Kegiatan ini mendapat beberapa hambatan. Salah satu
diantaranya adalah banyaknya warga yang mengaku sudah melek huruf meskipun
setelah dilakukan tes ternyata tidak mengenal huruf sama sekali, selain itu ada
juga warga yang mangaku tidak mempunyai waktu untuk belajar, sudah tidak mampu
melihat dengan jelas (rabun), dan banyak lagi alasan yang mereka katakan. Namun
setelah diadakan pendekatan-pendekatan maka warga yang berhasil diajak untuk
belajar hanya berjumlah 7 orang itupun dengan iming-iming uang.
b.
Menentukan
kesepakatan belajar yang dilakukan pada pertemuan pertama yaitu pada tanggal 11
April 2009 (terdapat dalam lampiran)
Kesepakatan
belajar tersebut tercapai dengan mempertimbangkan waktu yang dimiliki oleh
Warga Belajar dan Tutor sehingga disepakati bahwa kegiatan belajar berlangsung
sebanyak dua kali seminggu yaitu setiap hari Sabtu dan Minggu Pk. 19.00 s/d
21.00 Wita.
c.
Mengidentifikasi
kemampuan awal dan kebutuhan belajar WB
Kegiatan
identifikasi ini dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada Warga
Belajar yang kemudian dituangkan ke dalam formulir Format 1a (terdapat dalam
lampiran).
d.
Membuat
Program Kegiatan Pembelajaran
Program
ini dibuat sekali selama kegiatan berlangsung sebagai pedoman dalam melakukan
kegiatan pembelajaran sekaligus sebagai batasan-batasan materi yang akan
disampaikan kepada Warga Belajar.
e.
Membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Selama
kegiatan ini berlangsung Tutor hanya membuat RPP sebanyak 3 buah yang
dikembangkan selama 11 pertemuan.
f.
Melaksanakan
proses pembelajaran
Proses
pembelajaran dilaksanakan sangat tergantung pada situasi dan kondisi WB agar
mereka merasa nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran
dilakukan dengan menggunakan papan tulis sebagai tempat menulis tutor dan WB
serta sabak sebagai tempat menulis WB selain menggunakan buku tulis.
g.
Melakukan
penilaian proses dan hasil belajar Warga Belajar
Penilaian
proses dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung untuk mengetahui
perkembangan dari masing-masing Warga Belajar sedangkan hasil belajar diperoleh
setelah tutor memberikan evaluasi akhir pada setiap pertemuan.
2.2. Bahan Belajar, Media dan Sumber yang Dipergunakan
a.
Bahan
Belajar
Bahan
belajar sangat besar maanfaatnya dalam pemahaman materi oleh Warga Belajar.
Bahan Belajar yang digunakan adalah bahan yang mudah mereka dapatkan di sekitar
lingkungannya seperti di bawah ini :
Ä Lidi, sapu
Ä Cangkul
Ä Jagung
b.
Media
Ä Kartu huruf, kartu bilangan
Ä Gambar-gambar, Poster
c.
Sumber
Selain
menggunakan bahan belajar dan media pembelajaran, proses pembelajaran juga
sangat memerlukan sumber-sumber belajar seperti :
Ä Buku Tematik KF bantuan dari SKB Amlapura
Ä Papan nama
Ä Resep makanan
Ä Formulir KTP
2.3.
Hambatan dan
Strategi Mengatasi Hambatan
1.
Hambatan
Hambatan
yang ditemui dalam penyelenggaraan Keaksaraan Fungsional (tingkat keaksaraan
dasar) adalah sebagai berikut :
· Keterbatasan
kemampuan WB sehingga proses pembelajaran terhambat
· WB kurang aktif
dalam pembelajaran
· WB masih
malu-malu untuk mengikuti pembelajaran
2.
Strategi
yang digunakan untuk mengatasi hambatan
Strategi
yang dilakukan oleh tutor dalam mengatasi hambatan atau masalah yang dihadapi
dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut :
· Dengan
memberlakukan strategi pembelajaran dengan menggunakan asas kebermaknaan dan
kebermanfaatan sehingga WB lebih semangat untuk belajar karena hal yang
diperoleh dalam pembelajaran bisa dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
· WB yang kurang
aktif dibentuk menjadi kelompok kecil dan diberikan permasalahan untuk dibahas.
Dalam hal ini tutor hanya bertindak sebagai fasilitator untuk mendampingi WB
dalam menyelesaikan masalahnya.
· Warga belajar
yang masih merasa malu diberikan motivasi dan pendekatan persuasif serta
memberikan gambaran tentang pentingnya pembelajaran keaksaraan fungsional bagi
kehidupannya di masyarakat.
2.4.
Komentar tentang Kemajuan dan Hasil Belajar
Warga Belajar
No
|
Nama WB
|
Komentar Tutor
|
|
1
|
NI Nengah Kari
|
-
|
Kemampuan membaca sudah ada peningkatan
|
-
|
Kemampuan menulis sudah ada peningkatan
|
||
-
|
Kemampuan menghitung sudah ada peningkatan
|
||
2
|
Ni Nengah Sukri
|
-
|
Kemampuan membaca masih perlu dibina
|
-
|
Kemampuan menulis sudah ada peningkatan
|
||
-
|
Kemampuan menghitung sudah ada peningkatan
|
||
3
|
Ni Wayan Putra
|
-
|
Kemampuan membaca sudah ada peningkatan
|
-
|
Kemampuan menulis masih perlu dibina
|
||
-
|
Kemampuan menghitung sudah ada peningkatan
|
||
4
|
Ni Nengah Kantun
|
-
|
Kemampuan membaca sudah ada peningkatan
|
-
|
Kemampuan menulis masih perlu dibina
|
||
-
|
Kemampuan menghitung masih perlu dibina
|
||
5
|
Ni Nengah Murni
|
-
|
Kemampuan membaca sudah ada peningkatan
|
-
|
Kemampuan menulis sudah ada peningkatan
|
||
-
|
Kemampuan menghitung sudah ada peningkatan
|
||
6
|
I Made Wija
|
-
|
Kemampuan membaca masih perlu dibina
|
-
|
Kemampuan menulis masih perlu dibina
|
||
-
|
Kemampuan menghitung sudah ada peningkatan
|
||
7
|
Ni Wayan Astri
|
-
|
Kemampuan membaca masih perlu dibina
|
-
|
Kemampuan menulis masih perlu dibina
|
||
-
|
Kemampuan menghitung masih perlu dibina
|
BAB III
PENUTUP
3.1.
Simpulan
Berdasarkan
hasil kegiatan pembelajaran keaksaraan fungsional (tingkat keaksaraan dasar)
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
· Untuk menuju ke
arah kemajuan harus didukung oleh kemampuan dan keterampilan yang memadai.
Untuk itu semua orang yang peduli terhadap pendidikan untuk ikut mengupayakan
agar warga masyarakat yang belum bisa “CALISTUNG” mendapatkan pendidikan yang
layak.
· Dalam proses
pembelajaran, kegiatan yang dirancang harus dapat memotivasi Warga Belajar
serta disesuaikan dengan situasi dan kondisi Warga Belajar.
· Evaluasi sangat
penting dilakukan untuk mengetahui perkembangan Warga Belajar serta untuk
memberikan gambaran mengenai hasil dan dampak kegiatan yang dilaksanakan.
3.2.
Saran
Dari
apa yang disajikan di depan kiranya dapat diajukan beberapa saran sebagai
berikut :
· Para guru yang
peduli terhadap pendidikan, hendaknya melakukan suatu upaya untuk memajukan
para warga masyarakat yang masih mengalami keterbelakangan agar bisa
meningkatkan taraf hidupnya.
· Untuk
meningkatkan efektifitas hasil belajar hendaknya tutor mengajak Warga Belajar
untuk menyusun Program, RPP, dan menentukan materi yang akan dipelajari sesuai
dengan situasi dan kondisi Warga Belajar.